Aturan berbicara dalam subasita jawa

Pertama ,Tata krama jawa tidak memperbolehkan kita untuk berbicara dengan keras apalagi jika lawan bicara posisinya berada dekat dengan kita.

Kedua, Berbicara dengan berbisik-bisik karena akan disangka menggosipkan orang lain yang ada disekitar kita, maka alangkah baiknya jika kita bicara keluar ruangan agar orang lain tidak tersinggung.

Ketiga, Jangan berbicara sambil tertawa, boleh tertawa karena lucu tetapi seharusnya yang tertawa adalah lawan bicara kita.

Keempat, Tidak boleh berbicara celometan didepan orang tua dan wanita. Disebutkan bahwa wanita boleh mengusir  laki-laki yang berbicara celometan 

Kelima, Tidak boleh multitafsir di depan wanita. Multitafsir disini artinya tidak boleh ada rahasia yang berkonotasi buruk bagi orang lain.

Keenam, Memotong pembicaraan orang lain. jadi cobalah untuk memberikan lawan bicara kesempatan untuk menyelesaikan ucapannya barui kemudian kita memberikan sanggahan akan ucapannya tersebut.  Memotong perkataan apalagi mengambil alih topik pembicaraan bukan merupakan sesuatu yang baik. segeralalah meminta maaf apabila sudah terlanjut memotong pembicaraan.

Selanjutnya

Aturan berbicara dalam subasita jawa



Aturan merokok dalam Subasita jawa

SUbasita
Serat Subasita karangan Ki Padmasusastra tahun 1941


Pada jaman sekarang pola perilaku ini sudah tidak dianggap dan diabaikan sebagai bagian unggah-ungguh jawa, Pada serat subasita didapati adanya aturan dalam merokok. Bukan tentang larangan merokok tetapi lebih kepada tata cara dan etika dan merokok dan bukan dari seghi kesehatan tentunya.

Tetapi tidak merokok adalah lebih baik.

Pada saat bertamu

Pada saat bertamu dan masih dalam keadaan menghidupkan rokok maka harus membuang rokok tersebut. Jangan sayang mebuang rokok yang masi panjang nyala apinya.Tidak baik apabila kita masuk ke dalam rumah dengan posisi rokok yang menyala. Jangan merokok dengan rokok kita sendiri, tetapi merokoklah dengan rokok yang disuguhkan oleh empunya  rumah. Jadi apabila sang empunya rumah tidak merokok maka kita juga tidak boleh merokok.

Setelah rokok yang disuguhkan telah habis jangan mengeluarkan rokok yang kita punya karena dianggap tidak sopan dan dianggap meremehkan sang empunya rumah, berharaplah sang empunya rumah menyediakan rokok lagi. Jika sang empunya rumah  menawarkan cerutu yang terlalu berat maka kita boleh menolaknya dan bisa memohon ijin untuk merokok dengan rokok kita sendiri.

Merokok di depan wanita

Unggah ungguh jawa pada  dasarnya sangat menghormati kaum wanita.Kita tidak boleh merokok didepan wanita bukan saja bisa menyebabkan sesak nafas tetapi juga tidak sopan.Pada saat itu bahkan tidak dikenal adanya perokok pasif dan perokok aktif. perokok pasif sama dengan orang yang merokok. Bahkan wanita hamil yang menghisap rokok bayinya berkemungkinan memiliki berat tubuh yang lebih ringan.

Budaya jaman belanda memperbolehkan merokok di depan wanita asalkan meminta ijin dan memberi izin. Dengan catatan tentunya asap tidak boleh mengarah kepada sang wanita, jika iya maka wajib menghalau asapnya dengan kibasan tangan atau lebih baik untuk tidak merokok.

Sebenarnya jika kita menerapkan subasita diatas akan mengurangi orang-orang yang merokok ditempat umum karena pada umumnya terdapat para wanita dan ibu-ibu hamil. Dan pada saat bertamu akan mengurangi kesempatan merokok karena hanya boleh merokok pada  saat tuan rumah menawarkan rokoknya. 

Selanjutnya

Aturan berbicara dalam tata krama jawa

Triprakara, pegangan para kesatria jawa


Tiga perkara


Merupakan bagian dari serat wedhatama anggitan Wedhatama Sri Mangkunegara IV dalam pupuh pucung bait 10 dan 11 yang terjemahannya :

mengenai ilmu kesepakatan dan pendapatannya adalah dapat diperoleh dengan upaya keras (tapa); Bagi kesatria tanah jawa dahulu yang dijadikan pegangan adalah tiga hal (triperkara)

 Lila , Trima dan Legawa dapat dibaca pada bait 11 dengan terjemahan :


pertama ikhlas (Lila) bila kehilangan tidak menyesal (pertama) menerima dan sabar apabila disakiti oleh sesama manusia (Trima)(kedua) dan (Legawa)  berserah diri kepada Tuhan (ketiga)


maka kesimpulan pegangan atau ilmu dari para kesatria jawa yakni

1. Seorang ksatria sejati bisa menerima dengan ikhlas saat kehilangan sesuatu.
2. Menerima dengan sabar dan ikhlas apabila kita disakiti oleh orang lain.
3. Selalu berserah diri kepada Tuhan dalam segala tindak tanduk kehidupan kita.

itulah sikap dari seorang ksatria.



Wani ngalah luhur wakasane

kumpulan pepatah jawa kuno
wani ngalah luhur wekasane

Berani mengalah akan luhur dikemudian hari


Wani ngalah disini bukan diatikan bahwa kita siap mengalah demi apa saja, atau diam saja ketika kita dicemooh, Berani mengalah disini artinya agar dalam setiap persoalan kita harus sedia mengendurkan otot-otot yang tegang berfikir dengan jernih dan menjadi orang pertama yang memberikan jalan keluar apabila dinilai baik untuk mengalah. Atau bahkan undur diri karena tentunya masyarakat menilai sikap kita pada saat kita mengalah apakah itu baik atau tidak.

Tetapi sifat dasar kita sebagai manusia, selalu bersaing demi kenuntungan dan kemenangan.  Tentunya sikap sedemikian ini sangat susah untuk bisa dimengerti dan dijalankan. Terlebih sikap seperti menang sendiri, egois dan suka berfoya- foya sangat bertentangan dengan pandangan pepatah ini. Tetapi orang yang bersedia mengalah niscaya akan mendapatkan nilai keluhuran dari masyarakat

Karena kemulian didapatkan dengan rasa rela dan iklas.Keluhuran tersebut juiga tentu bukan kita yang menilainya tetapi orang lain. Karena orang lain yang berfungsi sebagai cermin dan menilai sikap kesabaran kita. Kita tidak akan pernah tau bilaman kita luhur atau tidak, tanpa adanya penilaian dari orang lain.

Sapa nandur bakale ngunduh

kumpulan pepatah jawa kuno
sapa nandur bakale ngunduh

Siapa yang menanam akan menuai


Perbuatan apapun yang kita lakukan sekarang pasti akan ada imbal baliknya pada masa mendatang.
Jika kita menanamkan perbuatan yang baik niscaya kita akan menuai apa yang baik

Tidak mungkin orang yang menanam pohon rambutan akan berbuah nanas. Niscaya apabila kita berbuat baik pasti kita akan menerima imbalan berkali-kali lipat

Sebaliknya jika kita berbuat jahat kepada orang lain maka kitapun akan merasakan akibat dari perbuatan jahat tersebut sudah pasti kita akan celaka dikemudian harinya.

Pepatah ini mengajarkan agar kita memperhatikan orang lain agar hidup damai sejahtera dengan lingkungan dimana kita hidup dan menanam kebaikan untuk sesama.

Tuna satak bathi sanak

Kumpulan pepatah jawa kuno, keuntungan keluarga
tuna satak bathi sanak

Rugi sedikit yang penting tambah saudara


Dalam dunia perdagangan keuntungan adalah yang utama, tapi tidak berlaku bagi masyarakat jawa.

Pepatah ini menyebutkan tidak apa jika kita merugi sedikit asalkan untuk mempererat tali persaudaraan. Karena pertemanan dan persaudaraan sangat penting bagi orang jawa.

Orang jawa sangat  mementingkan seduluran , mereka yakin bila keluarga dijaga dengan baik pada waktu susah maka ia akan menjaga kita juga pada waktu susah. Disini digambarkan betapa orang-orang jawa sangat optimis di dalam menjaga hubungan persaudaraan dan menjalani masa depan.

Ajinging rogo dumunung ana ing busana

harga diri dari tubuh terletak pada busana yang dipakai


Sebuah penilaian bahwa tampilan luar seseorang sangat menentukan letak harga diri orang tersebut.
Pepatah ini menjelaskan bahwa penampilan seseorang ditempat tertentu secara tidak langsung akan menunjukkan kejelasan status sosialnya didalam masyarakat.

Memilih  pakaian yang sesuai dengan keadaan sangat penting untuk keselarasan diri kita dengan lingkungan di sekitar kita. Sebaliknya jika busana yang kita pakai tidak sesuai dengan kepentingannya maka kita akan menghancurkan harga diri kita sendiri.Bayangkan bila anda mengenakan pakaian pesta pada saat upacara berkabung. Pakaian yang anda pakai merupakan perpanjangan dari kepribadian anda di muka umum.

Karena orang yang masa bodoh dengan penampilannya kebanyakan adalah orang yang minder. Orang yang berpakaian ala kadarnya beranggapan bahwa mereka tidak sesuai untuk berpakaian yang sesuai dengan kadarnya. Karena perasaan minder atau tidak percaya diri menjadikan kita apa adanya
"Saya akan menjadi diri saya apa adanya"
Merupakan sebuah alasan yang dibuat-buat, semata mata karena perasaan minder, tidak percaya diri, takut untuk tampil menawan dan  menjadikan alasan apa adanya untuk berbagai penolakan.

Ketika anda berbusana menarik disitulah ada peningkatan rasa percaya diri. Karena busana terletak dari atas rambut sampai ujung kaki. Anda patut memiliki rasa tanggung jawab atas penampilan anda karena dunia meilai diri anda sebagaimana anda menampilkan citra diri anda kepada mereka.




Gelem jamure emoh watange

Kumpulan pepatah jawa kuno
Gelem jamure emoh watange

Hanya mau enaknya sendiri tidak mau susahnya


Secara luas menggambarkan sifat seseorang yang hanya mau enaknya  saja tapi tidak mau bersusah payah untuk pencapaian tujuannya itu.

Jamur merupakan tumbuhan simbiosis yang hidup secara parasit dari tumbuhan lain yang diserap untuk keuntungan simbionnya. Selain itu jamur merupakan konsumen yang bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein dll.
Pepatah ini ditujukan kepada orang-orang yang menjadi jamur di dalam lingkungan sosialnya.

Pada saat orang lain bersusah payah untuk mencapai tujuan dia akan menghilang tapi pada saat tujuannya telah dicapai maka dialah orang pertama yang akan menikmati kentungannya.

Misalnya ada acara pagelaran besar dimana setiap warga desa turun untuk bekerja dan merancang bangun tetapi dia tidak akan merasa mengotori dirinya sendiri sebagai buruh rendahan yang menolak untuk bekerja kasar. Akan tetapi setelah acara tersebut terselenggara dengan baik maka dia akan menjadi orang pertama yang mengaku patut untuk diberikan penghargaan atas pencapaian kerja tersebut.

Memayu hayuning buwana

Kumpulan pepatah jawa kuno, Kecantikan dunia
Memayu Hayuning Buwana
Mempercantik kecantikan dunia

Hayu diambil dari kata rahayu yang artinya selamat sejahtera

Memayu  hayuning buwana memiliki pengertian yang sangat luas, dimaksudkan agar seluruh umat manusia bisa memelihara kecantikan dan kesejahteraan seluruh alam. Untuk itu kita diperingatkan agar ikut memelihara alam dan lingkungan agar bisa selaras dan sejalan dengan semesta. menjauhi perilaku yang buruk, semena-mena, dan bersifat arogan demi mewujudkan keselarasan hayuning buwana.

Memayu hayuning buwana lebih didasarkan pada niatan untuk melestarikan dan menselaraskan alam dengan tujuan dan niat yang suci agar tidak menjadi bumerang bagi tujuan pepatah itu sendiri.

Petruk

Tokoh wayang jawa
Petruk

Petruk Kantong Bolong


1. Dawala artinya dowo panjang atau tinggi tur ala
2. Ronggojiwan artinya loro tanggung dua tanggung  siji kedawan satu kebanyakan
3. Kantong bolong dalam artian pekertinya lebih memilih bersedekah, orang yang selalu menolong tanpa pamrih, bahkan tanpa menyadari bahwa dirinya lebih berkekurangan

Dalam dunia pewayangan digambarkan bahwa petruk

1. Perawakannya tinggi tangan dan kakinya panjang begitu juga dengan hidungnya yang menggambarkan bahwa petruk adalah orang yang leluasa  dalam berfikir dan bertindak, pikirannya dapat dipercaya,
2. garis mulutnya tersenyum perlambang bahwa dia selalu ceria hatinya tidak pernah merasa menderita.
3. Hidung panjang artinya bisa membedakan yang benar dan salah
4. Berdada lebar artinya orang yang berbudi pekerti baik
5. Mempunyai udel bodhong

Gareng

Tokoh wayang jawa
Gareng

Nala Gareng , Nala berasal dari bahasa jawa kawi yang berarti hati.
Gareng berasal dari kata "Garing" yang berarti bersih. Jadi Nala Gareng itu maksudnya hati yang bersih. Bersih dari nafsu-nafsu duniawi .

Manusia yang jujur memiliki sifat yang baik. Dalam gambaran wayang purwa digambarkan bahwa gareng senang sekali bercanda dan setia kepada tuannya.
Gareng bukanlah sosok yang enak dilihat atau tidak rupawan karena dia adalah anak sebangsa jin yang dijadikan anak pertama oleh Ki Semar Badranaya .

Matanya seperti mata kera yang bermakna "nyingkiri" maksudnya tidak suka melihat barang-barang yang idak baik.

Tangan kirinya tekle "cekro" maksudnya biarpun Gareng adalah orang susah dia tidak mau mengambil barang yang bukan miliknya. Perutnya yang buncit adalah simbol kepandaian yang dimilikinya. Kakinya pincang sebagai tanda bahwa ia selalu berhati-hati dalam melangkah dan melakukan sesuatu. Wujudnya yang pendek melambangkan bahwa ia adalah orang kecil namun tindak tanduknya jujur. Suka tersenyum dan mudah bergaul sehingga disukai oleh banyak orang.


Laku ing sasmita amrih lantip


Serat Wulangreh anggitan Sri Pakubuwana IV pada serat Kinanti bait pertama

Latihlah jiwamu supaya kamu mengusai sasmitha (ilmu lahir dan batin) agar menjadi pandai (lantip).


Disini diajarkan supaya kita tidak senantiasa bermalas -malasan, berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan dan penguasaan diri dengan sungguh-sungguh pesunen tidak hanya bermalas malasan, berupaya pada pekerjaan dengan sungguh sungguh mengurangi kebiasaan makan mangan dan tidur nendra serta bermalas-malasan, agar masa depan lebih cerah.

Dijelaskan ada 4 titik pokok pada pepatah ini
1. Mengurangi makan
2. Mengurangi kebiasaan tidur
3. Jangan menghambur-hamburkan uang
4. Sederhana dalam perilaku dan keseharian

Sura dira jayaningrat, lebur dining pangastuti

Kumpulan pepatah jawa kuno, keras hati dikalahkan dengan sikap lemah lembut
Sura Dira Jayaningrat Lebur Dining Pangastuti

Segala sifat keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lebut hati dan sabar


Salah satu bait dari pupuh Kinanti dalam serat Witaradya oleh pujangga kesar kesunanan surakarta yang mengisahkan keadaan Cirtasoma putra dari Prabu Aji Pamasta di negara Witaradya.

Keangkuhan adalah sifat kesombongan yang arogan merupakan lawan kata dari kerendahan hati.


Bahwa hanya kesabaran dan sikap hati yang tulus dapat menghancurkan sifat yang penuh dengan angkara murka. Sama seperti sebuah batu karang yang telihat sangat kokoh dipinggir samudra terkikis oleh ombak yang mengangsurnya perlahan-lahan. Terkadang hanya perlawanan kata yang capat digunakan untuk mengatasi yang lainnya. Contohnya keangkuhan hanya bisa dilawan dengan kerendahan hati. Kuat lawan katanya lemah, Besar lawan katanya kecil, Keras lawan katanya rapuh dan lain sebagainya.

Ojo cedak kebo, guphak

Kumpulan pepatah jawa kuno, jangan dekat kerbau,kotor
Ojo Cedhak Kebo, Guphak

Jangan kita mendekati kerbau jika kita tidak mau kotor.

Jangan kita berteman dengan orang yang sifatnya buruk karena nanti kita akan terkena dampaknya.

Pepatah ini ditujukan untuk menanggulangi sebuah keadaan sebelum terjadinya masalah di kemudian hari. Karena tidak dipungkiri lingkungan sosial itu penting dan menggambarkan dimana posisi kita di dalam masyarakat juga penting di dalam kehidupan.

Kerbau digambarkan sebagai binatang pemalas, binatang yang hidungnya harus dicucuk terlebih dahulu  agar mau mengikuti perintah sang majikan. Bahkan karena terlampau malasnya para petani menggunakan cambuk duri untuk mamaksanya berjalan membajak sawah. Bergaul membuat kita menjangkau lingkup hidup dengan pola pikir dan cara bersosialisasi.

Contoh ; bergaul dengan seorang pembolos yang malas sekolah maka kita juga mau tidak mau harus membolos karena hanya dengan cara itu kebersamaan dan proses interaksi dapat terjadi. Disatu sisi kita dapat mengubah cara hidup dan tingkah laku bila kita bisa memberikan sikap yang positif, tetapi jangan lupa.
Kerbau adalah kerbau, ojo cedhak kebo, guphak

Milih-milih tebu oleh boleng

Kumpulan pepatah jawa, jangan kelamaan milih
Milih-milih tebu oleh Boleng

Jangan berlama-lama dalam memilih nanti dapat sisanya

Suatu keadaan yang tidak menguntungkan, suatu gambaran nasib buruk.

Tebu yang boleng itu adalah ruas tebu yang keras dan mengandung kadar air yang sangat sedikit.
Bisa dibayangkan apabila kita bersusah payah dengan suatu keadaan untuk mencari hasil yang terbaik tetapi yang didapat adalah kemungkinan yang terburuk.

Terkadang kita kesulitan mencari moment dengan pasangan hidup karena tidak ada pasangan  yang sempurna. Yang benar adalah jika kita  menjadikan setiap moment yang ada itu menjadi sebuah kesempuranaan.

Kakehan gluduk ora udhan

Teralalu banyak petir tapi tidak jadi hujan


Sering kita menjumpai petir besar menyambar-nyambar tapi hujan tidak kunjung turun, bahkan disertai angin besar yang menggulung-gulung.

Pepatah ini ditujukan untuk orang-orang yang selalu banyak bicara kemana-mana tapi tidak ada buktinya.Dengan kata lain apa yang dibicarakan hanyalah omong kosong semata.

Orang -orang yang banyak bicara mereka biasanya :

Tidak pandai menjaga rahasia, karena pasti akan membeberkan rahasia yang diberitahukan kepadanya
Orang-orang yang bertipe sebagai pengamat karena dia akan bersiap untuk memberikan bantahan dengan lawan bicaranya untuk menunjukkan bahwa mereka pandai.
Orang-orang yang aktif dalam pergaulan dan sosialita
Tidak pernah mendengarkan dengan seksama apa yang dibicarakan dengan lawan bicara, karena apa yang dicarinya adalah alasan untuk beradu argumen apalagi jika lawan bicaranya dianggap bodoh.
Kebanyakan apa yang dikatakannya adalah omong kosong

Bagaimana supaya kita tidak lagi banyak bicara:

Berfokuslah pada sesuatu yang membuat anda sibuk dengan kegiatan itu
Meditasi dan meluangkan waktu untuk kegiatan positif
Berfikir dahulu sebelum memulai suatu percakapan
Luangkan waktu untuk mencerna apa yang kita dengar seharian
Berfikir positif

Meneng-meneng nggembol kreneng

Kumpulan pepatah jawa kuno, diam-diam membawa keranjang
Meneng-meneng nggembol kreneng

Diam-diam mengambil keranjang.


Sesorang yang diam-diam karena dianggap tidak mengerti apa-apa lalu tiba-tiba saja mengambil kreneng
Kreneng adalah sebuat keranjang kecil yang terbuat dari bambu yang dianyam tipis-tipis.Sebuah penipuan yang terselubung.

Dikatakan disini bahwa kita sebagai manusia harus eling ingat lan waspodo dan waspada, bila tiba-tiba saja orang yang berperawakan baik dan dianggap meiliki keelokan wajah baik tiba-tiba saja berusaha mengambil keuntungan yang sebanyak banyaknya untuk kepentingan pribadinya tanpa kita tahu maksud hatinya yang ternyata buruk. Bahwa  kita tidak boleh tertipu dengan penampilan luar, dengan sesuatu yang tidak kita kenal dengan baik. Segala sesuatu dapat terjadi tanpa kita sangka.

Mati siji mati kabeh

kumpulan pepatah jawa kuno, mati satu mati semua
Mati siji mati kabeh
Sebuat pepatah yang sangat terkenal pada zaman perjuangan ( cerita kakek saya)
 Diterangkan bahwa kebersamaan adalah yang utama.

Kalo mati satu ya mati semua

Dalam segala suasana,situasi kebersamaan adalah hal yang utama. Mati siji mati kabeh seringkali diteriakkan para perjuang kemerdekaan apabila melihat musuh di peperangan, sebuah simbol yang tidak takut dengan nasib. Tidak takut mati, karena semangat ada didalam diri para pejuang yang membela kepentingan bersama demi kemaslahatan orang banyak.

Bahkan hanya bermodalkan bambu runcing dan tombak ditangan, mereka bahu membahu maju bersama tanpa peduli dengan berapa banyak musuh yang dihadapinya.

Mereka menganggap kematian adalah sebuah jalan pembebasan dari belenggu .Kematian adalah jalan pembebas yang utama dari pejuangan.

Pepatah ini mengajarkan kita bahwa segala ketakutan, segala kekuatan adalah milik Tuhan. Dengan kebersamaan tidak ada lagi ketakutan dengan kebersamaan hanya ada semangat unutk maju.


Adigang , Adigung , Adiguna , Adiwicara

Ini dimaksudkan agar orang tidak menyombongkan diri atas apa yang dimilikinya karena semua itu hanyalah titipan yang kuasa. 

Karena kesombongan membuat kita lupa bahwa semua adalah titipan dari Yang kuasa. Kita sebagai umatnya haruslah berucap syukur dan tidak memegahkan diri, karena biasanya orang yang sombong akan beranggapan bahwa dirinya adalah yang paling baik.

Adigang diartikan seperti menjangan atau rusa. Kijang adalah binatang yang elok dengan keangkuhan dan kekuatan tanduknya dia berjalan dengan jumawa sembari membusungkan dada, tetapi bahkan dengan tanduknya yang elok itu menajangan disebut sebagai binatang yang bergengsi untuk diburu. Tandungnya yang cantik dijadikan hiasan dirumah-rumah. Dan terkadang kijang juga mati karena bertarung dengan tanduknya atau bahkan tanduknya itu bisa tersangkut pada tumbuhan yang menjalar.Maksudnya disini agar kita tidak juamawa atau angkuh seperti kijang atau adigang karena keelokan itu sendirilah yang bisa mendatangkan bencana kepada kita.

Adigung diartikan sebagai gajah, suatu binatang bertubuh besar dan kuat. Seekor gajah yang mengamuk kabarnya bisa menghancurkan sebuah perkampungan. Dengan kulitnya yang tebal dan gadingnya yang mampu mengangkat kayu gajah adalah salah satu binatang terkuat dimuka bumi ini. Gadingnya yang indah dan kuat itu seringkali diburu hanya untuk diambil gadingnya dan sang gajah akan dibiarkan mati begitu saja tanpa gading.  Tapi apalah daya jika bahkan binatang terkuat itu bisa mati karena semut, binatang yang ukurannya sangat kecil. Disini dilambangkan bahwa jangan semata mata karena kita kuat dan memiliki nama besar membuat kita semena-mena. Karena sesungguhnya segala sesuatu memiliki kelemahannya sendiri.

Adiguna diartikan seperti seekor ular yang sangat berbisa. bahkan bisanya mampu melumpuhkan dalam hitungan detik. Ular digambarkan sebagai binatang yang sangat lihat berkeliat dan memiliki racun mematikan itu bisa mati hanya dengan sabetan ranting kecil dari seorang anak penggempala kerbau. Maka janganlah kita jadi sepeti ular, karena satu omongan kecil aja kadang bisa membuat kita jatuh dari kekuasaan.

Adiwicara diartikan seperti burung yang pandai bicara dan pandai bersiul. Dia sangat bebas terbang kemana saja dengan siulannya yang merdu tapi siulan itu justru memberitau dimana keberadaannya. Dan para mangsa siap untuk menyergapnya sewaktu-waktu dia tidak waspada. Karena sepandai-pandainya kita bicara pasti ada saja orang yang akan membenci kita dan dengan mudah menemukan dimana kelemahan kita.

Kaya kodhok Ketutupan Bathok

kumpulan pepatah jawa kuno, katak ketutupan tempurung
Koyo kodok ketutupan bathok

Seperti katak didalam tempurung 

Katak adalah binatang ampihibi yang menggunakan kakinya untuk melompat. Jadi jika katak itu ada di dalam tempurung itu artinya dia tidak dapat mengetahui dunia lain di luar dunianya. Karena dunianya hanya berkutat di sekitar tempurung kelapa yang mengahadap kebawah. Kadang kita berfikir bahwa kita mengetahui segala sesuatu tapi nyatanya kita hanya tahu sebanyak yang kita mau tahu. Dunia ini berisikan berbagai macam informasi segala hal yang bahkan kita tidak tahu.

Pepatah ini mengajarkan kita bahwa jangan seolah-olah kita mengerti tentang segala sesuatu terkadang apa yang kita tahu hanyalah batas dunia pengetahuan kita. Mengajarkan kita agar kita tidak menjadi orang yang sombong apalagi orang yang congkak. Karena batas pengetahuan kita hanyalah tempurung yang menutupi ruang pandang.